Iblis, Adam, Dan Perlawanan


Akulah Sang Iblis, makhluk yang disegani di khayangan. Aku terbuat dari api, aku bisa membakar siapa saja yang melawanku. Penghuni selain aku menganggapku sombong, angkuh, keras kepala, tetapi aku tidak pernah memperdulikan mereka. Aku menghormati mereka sebagai sosok ciptaan Tuhan, dan aku setia kepada Tuhan yang menciptakan aku.

Aku adalah kakak tertua dari semua penghuni khayangan. Dan aku menolak tunduk kepada mereka yang sama-sama diciptakan oleh Tuhan. Bagiku, kami semua sama, tidak ada bedanya, tidak ada yang istimewa. Makhluk sesudahku harus menghormati aku sebagai yang tertua dan yang terkuat. Namun setelah penciptaan Adam, aku dipaksa untuk tunduk, oleh Tuhanku sendiri. Mereka berkata  bahwa Adam lebih mulia daripada aku. Padahal Adam terbuat dari tanah. Sedangkan tanah bisa aku bakar hingga hangus. Adam diciptakan untuk menjadi pemimpin di bumi, sedangkan mereka memfitnahku karena telah memperdayai Adam dan Hawa sehingga keduanya di usir dari khayangan.

Kata mereka, Adam dan Hawa dibekali sebuah akal yang lebih. Tapi pada kenyataannya Adam dan Hawa bisa terperdaya olehku. Logika macam apa ini? Jika mereka mempunyai akal, seharusnya mereka dapat berfikir, bahwa buah lezat yang ada di atas sana merupakan sebuah larangan. Jika mereka mempunyai akal, seharusnya mereka menjauhi larangan itu. Tapi pada kenyataannya Adam dan Hawa mempunyai nafsu yang berlebih. Nafsu membuat mereka melanggar larangan dari Tuhan, dan yang disalahkan adalah aku, Sang Iblis. Makhluk berakal yang seperti apa, yang bisa tunduk oleh nafsunya sendiri.

Dan kini aku pun terbuang bersama mereka. Semua makhluk di atas sana memusuhiku, melindungi Adam dan Hawa. Padahal aku tidak mempunyai kuasa atas nafsu yang mereka miliki.

Perjalananku di mulai bersama mereka di bumi, bersama segala fitnah yang selamanya abadi. Katanya aku akan menghasut anak dan cucu Adam, agar mereka ikut terjerumus bersamakau ke dalam neraka. Aku diberikan tugas oleh Tuhan untuk mempengaruhi manusia agar ingkar kepadaNYA.


Kekonyolan seperti apalagi ini? Mana mungkin aku tega kepada sesama makhluk ciptaan Tuhan? Dan mustahil pula jika Tuhan begitu tega memasukkan keturunan Adam ke neraka. Tuhan itu Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Pengampun. Dengan segala ke-Maha-an itulah sebabku sangat mencintai Tuhan. Sedangkan omongan-omongan setan yang menganggap aku akan mempengaruhi keturunan Adam adalah omongan-omongan dari makhluk-makhluk di khayangan yang tidak menyukaiku.
Adam dan keturunannya berbuat dosa karena ulah mereka sendiri. Mereka tidak bisa menggunakan akal yang telah diberikan oleh Tuhan. Manusia-manusia saling berperang bukan kesalahanku. Seharusnya mereka bisa berfikir menggunakan akal yang mereka miliki. Untuk apa menyakiti sesama manusia? Tapi yang disalahkan selalu aku, Sang Iblis. Padahal mereka begitu karena mereka tidak sanggup mengendalikan nafsu mereka. Mereka selalu merasa kurang, selalu tergiur, selalu menginginkan yang lebih, selalu ingkar kepada akal dan hati mereka. Namun lagi-lagi yang disalahkan adalah aku. Katanya aku telah merasuki mereka, katanya aku telah memperdayai mereka. Sedangkan aku di bumi mempunyai kehidupan sendiri, sibuk membangun sebuah kerajaan yang telah direnggut dariku di atas sana.


Manusia-manusia itu begitu licik. Mereka terus saja menyalahkan aku. Bajingan! Kenapa mereka tidak menyalahkan diri mereka sendiri yang diperbudak oleh nafsu? Dan kenapa pula selalu aku yang disalahkan dan difitnah? Aku selalu berdo’a kepada Tuhan agar Ia lekas menghancurkan dunia yang penuh dengan kemunafikan ini. Bumi ini dicipakan oleh Tuhan dengan susah payah. Menghitung inchi demi inchi, keseimbangan demi keseimbangan, agar semua yang ada di alam semesta tidak saling bertabrakan. Tetapi manusia memang makhluk laknat yang tidak tahu diri. Mereka tidak bisa berfikir, berterima kasih karena sudah diizinkan untuk menghuni bumi. Sedang mereka selalu membuat kerusakan, kekacauan, perang, dan saling memfitnah. Seharusnya manusia-manusia laknat itu diberikan kubangan lumpur nan bau. Agar mereka menyatu dengan apa yang membentuk mereka, agar mereka bisa berkaca, agar mereka bisa menilai diri mereka yang  hina itu.


Akulah Sang Iblis. Aku akan terus melawan manusia-manusia bajingan yang merusak ciptaan Tuhanku. Aku tidak sudi bumi yang suci ini dikotori oleh nafsu-nafsu mereka yang teramat najis. Coba lihatlah, gunung-gunung yang tidak berdosa dihancurkan, hutan-hutan yang memberikan makan kepada mereka dibabat habis. Bajingan memang! Makhluk keparat yang tidak tahu diri dan tidak pernah berterima kasih atas segala nikmat yang telah diberikan kepada mereka. 


Licik! Iblis memang licik! Dia menghasutku, menghasut ketururnanku, meracuni jiwa dan pikian kami semua. Aku tidak butuh dia sujud di hadapanku, dan aku sama sekali tidak menginginkannya. Sejak kapan aku berani dengan makhluk yang lebih kuat dari aku? Propaganda yang ia mainkan telah berhasil, hingga terbuanglah aku ke bumi yang tidak pernah aku inginkan. Jika aku boleh memilih, aku lebih memilih untuk abadi di khayangan. Tidak perlu capek mencari makanan, hidup tinggal ongkang-ongkang, bercumbu pun bisa sesuka keadaan. Namun sekarang hidupku menderita, harus bersusah payah mencari makanan, harus menyiapkan tempat ketika ingin bercumbu. Aku mana berani menentang perintah Tuhan? Rasanya aku teramat bodoh jika harus menentang Tuhan yang telah menciptakan aku.

Lihatlah aku sekarang. Kotor, bau, kedinginan, kepanasan, kehujanan. Belum lagi aku harus bertemu dengan binatang buas demi mengisi perut. Aku sudah tidak tahan hidup menderita di bumi, aku ingin sekali kembali ke khayangan. Tapi apa daya, aku sama sekali tidak tahu bagaimana caranya untuk menjelaskan kepada Tuhan, bahwa kami semua sudah di adu domba oleh Iblis. Sekarang aku jauh dari Tuhanku, aku sangat merasa ketakutan hidup bergelapan di bumi. Tempat terkutuk macam apa ini? Hanya belantara, semuanya berdiam ketika melihatku kelaparan dan kehausan. Kenapa air, makanan, pohon, tidak berinisiatif untuk melayaniku? Kenapa aku harus berusaha sendiri, bersusah payah sendiri. Aku benar-benar sudah muak dengan kehidupan yang ada di bumi.

Aku harus memberitahukan kepada keturunanku, bahwa penderitaan ini bermula dari Sang Iblis yang tidak rela akan kelahiranku. Dia tidak sudi untuk sujud di depanku. Andai waktu itu aku tidak termakan bujuk rayu Iblis, pasti aku sangat makmur di atas sana. Keturunanku juga pasti akan sangat senang jika hidup di khayangan.


“hai pasanganku, aku ingin kau mengerti, aku ingin kau menuruti kemauanku. Kau harus selalu terlentang, berbaring di atas semak belukar yang sudah aku buat ini. Kau harus memberikanku banyak keturunan. Kau harus bersedia untuk mendesah, menuruti segala fantasiku. Dan jika keturunan kita sudah banyak, kita harus bersatu untuk melawan Sang Iblis. Tapi dengarlah wahai pasanganku, perjuangan kita akan teramat berat. Kita harus menceritakan tentang kelicikan Iblis. Kita harus memberitahu keturunan kita kelak, bahwa kita dibuang ke bumi yang menjijikkan ini karena ulah Sang Iblis. Tuhan sangat sayang kepada kita, kita harus berusaha sekuat yang kita bisa agar kita dan keturunan kita bisa hidup layak di khayangan.”


Aku bersumpah atas nama Tuhanku, Iblis harus membayar atas segala perbuatannya. Aku ingin sekali bertemu dengan Iblis, aku ingin menanyakan alasan ia menghasut aku ketika di khayangan. Bila perlu aku dan Iblis berkelahi, agar bisa membuktika siapa yang lebih kuat. Dan Iblis pasti akan kalah, karena aku bisa mematikan api dengan tiupan dan siraman air yang melimpah di bumi. Aku akan terus melawan Sang Iblis yang keparat itu, aku harus memberikannya pelajaran. Bila perlu aku harus membuat senjata. Aku harus bisa memanfaatkan akal yang sudah diberikan oleh Tuhan kepadaku untuk melawan Iblis. Aku tidak mungkin berdiam saja melihat Iblis menghasut keturunanku.

[Pertemuan Iblis dan Adam]

Wahai Iblis, apa maksudmu menghasut aku dan pasanganku untuk melanggar larangan Tuhan? Aku sama sekali tidak mengerti dengan jalan berfikirmu. Apa aku punya salah kepadamu? Aku sama sekali tidak memintamu untuk sujud kepadaku. Bagiku, sehebat apa diriku yang lancang menyuruh pendahuluku untuk sujud kepadaku? Aku sama sekali tidak menginginkan sujudmu, aku sama sekali tidak menginginkan pengakuanmu. Kau dan aku adalah saudara, sama-sama ciptaan Tuhan Yang Maha Segalanya. Tapi kau telah berhasil melakukan propaganda, hingga terusirlah aku ke bumi yang hina ini. Wahai Iblis, apa kau tidak kasihan kepada keturunanku? Mereka kedinginan, banyak binatang buas yang mengintai kami. Lagi pula, untuk apa kau msih saja menghasut keturunanku? Apa salah mereka kepadamu? Bila kau benci kepadaku, bencilah aku, jangan libatkan keturunanku. Mereka tidak tahu menahu perkara yang mengawali perselisihan ini.

Wahai Adam. Aku sama sekali tidak menghasutmu. Kamu sudah diberikan akal oleh Tuhan, dan kenapa kamu tidak menggunakan akalmu itu? Aku menolak untuk sujud kepadamu karena kamu adalah makhluk yang baru menetas dari kinder joy. Seharusnya kamu yang sujud kepadaku sebagai kakak tertua. Aku sama sekali tidak sudi untuk sujud kepadamu. Sujudku ini aku berikan hanya kepada Tuhan yang menciptakan kita semua. Kamu jangan angkuh, mentang-mentang kamu baru menetas, lantas kamu merasa paling disayangi. Jangan ngimpi wahai manusia laknat! Kamu bukanlah tandinganku. Aku bisa saja memusnahkan kamu beserta keluargamu dengan sekali tembakan. Tapi aku sama sekali tidak menginginkannya. Aku tidak ingin memusuhi dan berperang melawan sesama ciptaan Tuhan. Kau harus tahu itu! Iblis dan Adam pun bingung. Mereka masih tetap bertahan dengan argumen masing-masing. Mereka masih saja memperdebatkan sesuatu yang tidak mereka ketahui. Perselisihan keduanya membuat Tuhan dan penghuni khayangan tertawa terbahak-bahak. Mereka bagai sedang menonton telenovela yang teramat seru.

Mereka sama-sama mencintai Tuhannya. Mereka sangat tunduk dan patuh kepada Tuhan. Tetapi Tuhan masa bodo dengan perselisihan yang terjadi di antara keduanya. Iblis dan manusia sama-sama membuat kerajaan di bumi, mereka sama-sama berebut wilayah kekuasaan. Perselisihan dan perang tidak terelakkan di antara mereka. Pada akhirnya mereka akan musnah, digantikan oleh Iblis kedua dan Adam kedua. Alur ceritanya masih sama, latarnya juga masih sama. Peperangan keduanya akan terus terjadi hingga terciptalah yang ketiga, keempat, dan seterusnya. Dan akan terus seperti itu. Manusia digantikan oleh manusia yang lainnya. Begitu dengan Sang Iblis berserta kroninya. Bukankah sejarah akan terus berulang? 



cr : Hara.Nirankara

Komentar

Postingan Populer