Kelahiran Nasionalisme



Ketika eropa berada di bawah Kaisar Romawi, mereka belum mengenal nation state.

Entitas semacam nation state justru dipraktekkan oleh kabilah-kabilah semenanjung Arabia pra Islam.

Tetapi setelah Rasulullah memfutuhat Makkah, negeri-negeri berlandaskan bangsa itu sirna diganti daulah Islam lintas bangsa dengan perekat Ukhuwah Islamiyah.

Kembali ke eropa. Pasca melemahnya kekaisaran Romawi, aristokrat-aristokrat lokal mulai mengambil alih kekuasaan real.

Untuk menggantikan legitimasi kaisar, para aristokrat merangkul gereja.

Mengapa harus gereja? Karena sebagian besar masyarakat eropa kala itu mulai memeluk kristen.

Legitimasi kekuasaan aristokrat atas masyarakat yang sebagian besar beragama kristen akan menguat ketika mereka merangkul gereja dalam jajaran kekuasaannya. Mirip penguasa sekuler hari ini yang merangkul ulama sebagai legitimasi kekuasaannya atas masyarakat muslim.

Namun sayang. Kolaborasi antar aristokrat & gereja itu melahirkan kehidupan rakyat yang penuh derita. Mereka menyebut jaman itu dengan nama "Dark Age"

Perlu diketahui, ketika eropa masuk Dark Age, dunia timur justru tengah memasuki Golden Age di bawah Khilafah Islam.

Singkat cerita, masyarakat eropa akhirnya melucuti kekuasaan aristokrat & gereja melalui revolusi perancis.

Mereka menggantikan theokrasi (kekuasaan gereja) dengan demokrasi (kekuasaan rakyat). Jika di era theokrasi ikatan masyarakatnya adalah agama kristen. Maka di era demokrasi mereka membutuhkan perekat baru. Dengan latar belakang itu lahirlah Ntaion State. Negara berperekat bangsa.

PARA PENGGAGAS
Yahudi percaya bahwa mereka adalah "bangsa pilihan tuhan".
.
Dalam kitab keluaran tertulis: "kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi." (Keluaran 19:5).
.
Namun di abad pertengahan, ketika kekuasaan berada di tangan aristokrat & gereja, mereka merupakan golongam kelas dua. Mereka terpaksa beribadah dengan sembunyi-sembunyi untuk menghindari persekusi. .
.
Akses antara rahib dengan umatnya dibatasi. Sehingga umat yahudi terkendala dalam mempelajari taurat & talmud dari para rahibnya. Kondisi itu membuat mereka lebih fokus mempelajari ilmu profan.
.
Kala itu di eropa hanya ada ilmu theologi. Tak ada ilmu profan seperti aljabar, astronomi, geografi, medis, dan lain-lain. Mereka mempelajari ilmu profan dari peninggalan Khilafah Abasiyah di Baghdad.

Pemikiran heliocentris Copernicus dan bumi bulat Galileo Galilei merupakan warisan Al Biruni dari era Khalifah Al Makmun.

Sementara di eropa, pemikiran itu dianggap radikal. Memecah belah. Karenanya Galileo dihukum oleh gereja karena itu.

Gairah pada ilmu profan dan keyakinan bahwa mereka adalah bangsa pilihan tuhan membuat mereka bergerak melahirkan renaessance dan berujung revolusi perancis. Cikal bakal demokrasi dan nation state.

Mereka berpikir, sebagai bangsa pilihan tuhan, sudah semestinya memiliki kekuasaan sendiri yang berbatas pada kebangsaan israel.

Selama di barat masih menggunakan theokrasi dan di timur menggunakan Kekhilafahan maka cita-cita berdirinya negara bangsa yahudi tak kan tercapai.

Karenanya, seiring dengan penumbangan kekuasaan gereja mereka membangun opini di masyarakat bahwa ikatan negara yang benar adalah kebangsaan; nation state.

Kini di eropa, kekuasaan gereja telah tumbang. Kekristenan diganti kebangsaan.

Kelak di timur, Khilafah Islam yang besar dan multi bangsa itu akan mereka pecah menjadi negara-negara kecil berbasis bangsa. Agar mereka bisa mendirikan satu negara bangsa di tanah yang dijanjikan tuhan untuk israel; tanah Palestina.

DIASPORA DI EROPA
Di barat, nation state adalah pengganti atas negara theokrasi kristen.

Kondisi rakyat yang tertekan pada masa theokrasi menyuburkan berseminya ide tentang kebebasan.

Mereka membandingkan kehidupan bebas di bawah paganisme yunani dengan ketertekanan di bawah kristen.

Ide tentang kebebasan ini segera menjadi isme tersendiri; liberalisme.
Ide liberalisme mempengaruhi berbagai bidang. Paling utama adalah politik dan kenegaraan.

Vox populi vox dei (suara rakyat suara tuhan) segera menggantikan theokrasi. Ide pemisahan negara dari agama segera menjadi idola.

Ikatan kemasyarakatan berbasis kekristenan segera berganti dengan ikatan bangsa atau nation. Sebagai simbol, lahirlah bendera berwarna-warni; merah, putih, biru, dengan berbagai bentuk.
.
Tekanan ekonomi feodal melahirkan ide kebebasan berekonomi. Mereka menyebutnya; kapitalisme.

Seni rupa dan musik yang dipersembahkan untuk gereja segera digusur dan digantikan seni untuk seni itu sendiri. L'art pour l'art. Sehingga seni tak boleh lagi dibatasi agama, etika, bahkan ekonomi.

Revolusi perancis adalah awal tata politik baru. Ide tentang sekulerisme dan nasionalisme segera menyebar ke seluruh eropa. Melahirkan revolusi berikutnya; revolusi industri di inggris.

Revolusi politik & ekonomi ini sontak menjadi tata dunia baru di eropa. Mengantarkan eropa dari keterpurukan menuju kebangkitan.

Sebaliknya di timur, dunia Islam tengah mengalami era kemunduran. Sudah menjadi sifat alami manusia; bahwa setelah mengalami puncak peradaban yang panjang, maka semangat juang itu memudar. Berganti keterlenaan menikmati pencapaian duniawi.

Persepsi masyarakat tentang kebesaran peradaban Islam segera memudar. Berganti citra kuno dan tertinggal. Berbalik melihat barat sebagai contoh kemajuan.

Berbekal citra ini, nanti barat akan menyusupkan ide sekuler & nation statenya ke negeri-negeri muslim di bawah Kekhilafahan Islam yang kala itu berpusat di Turki.

ISLAM DAN KEBANGSAAN
Sejak Rasulullah menjadi kepala negara di Madinah, tidak pernah beliau membatasi negaranya hanya untuk bangsa arab.
Beliau juga tak membatasi wilayah negaranya hanya di tanah arab.

Rasulullah pernah mengatakan: Wahai sekalian insan! Rabb kalian satu, dan ayah kalian satu (Adam). Ingatlah, tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas orang Ajam (non-Arab). Tidak ada kelebihan orang ajam atas orang Arab. Tidak ada kelebihan kulit merah atas kulit hitam, kulit hitam atas orang berkulit merah. Kecuali ketakwaan.
.
Dikuatkan surat Al Hujurat ayat 13.
.
"Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti."
(QS. Al-Hujurat: 13)

Hal ini sesuai perintah Allah, bahwa Islam diturunkan untuk mengatur semua manusia di seluruh dunia hingga akhir masa.

Para sahabat sangat menjiwai misi ini. Tak heran jika Umar ibn Khattab langsung memperluas negara muda itu ke wilayah persia maupun bizantium.

Para penerusnyapun mewarisi misi itu. Di masa Khilafah Bani Umayah, Isam meluas hingga spanyol dan perbatasan perancis.

Pada era Khilafah Abasiyah, ratusan suku dan bangsa dari ras eropa, mesopotamia, arab, hingga asia tengah, bersatu dalam satu negara super power terbesar sepanjang masa.

Jika ratusan bangsa itu berkomunikasi dengan satu bahasa pemersatu yaitu bahasa arab, hal itu bukan dilandaskan pada superioritas bangsa arab. Tetapi pada kenyataan bahwa Al Quran menggunakan bahasa arab. Serta sholatpun menggunakan bahasa arab.

Pada era Khilafah Turki Usmani, negara super power itu merambah semakin luas hingga nusantara. Kasultanan Aceh, Kasultanan Mataram di Jawa, dan puluhan Kasultanan lain, menyatakan terikat dengan pusat Kekhilafahan nun jauh di Turki sana.

Para pewaris sejati Islam sadar benar. Bahwa mereka disatukan oleh ukhuwah Islamiyah, bukan kebangsaan.

Andai Rasulullah membatasi negaranya hanya pada tanah air & bangsa arab, sudah pasti bahwa hidayah berharga ini tak akan pernah sampai pada kita hari ini.

INFILTRASI KE NEGARA MUSLIM
Tahun 1800an, pencapaian gemilang 14 abad oleh umat Islam membuat mereka mabuk kepayang. Degradasi mental dan pemikiran tak terhindarkan.

Sebagian penguasa gemar hidup mewah. Sementara rakyat yang jengah memilih menyepi bersama resah.

Mental penakluk yang diwariskan Umar, Khalid, Thariq, hingga Al Fatih, luntur tak bersisa.

Sebaliknya, barat perlahan bangkit bersama sekulerisme & nation statenya.
Kemajuan duniawi yang mereka capai mampu menyusul ketertinggalannya dari dunia Islam selama berabad.

Wilayah Khilafah Islam yang meliputi 2/3 bumi, sepotong demi sepotong diduduki.

Pada awalnya, mereka masuk sebagai pedagang. Tetapi  perlahan berubah sebagai penodong.

Pada awalnya, mereka hanya menjajah ekonomi. Tetapi akhirnya politik & ideologi.

Di pusat Khilafah kala itu, di turki, generasi mudanya berhasil dirayu barat untuk belajar pada sekolah-sekolah eropa.

Hasilnya, lahirlah tokoh-tokoh TURKI MUDA yang berpendapat bahwa turki terlahir sebagai bangsa yang besar. Tak perlu Islam untuk membuatnya besar.

Di kota suci Makkah, mereka yang merasa berdarah arab dididik barat untuk jengah karena menjadi bawahan Khilafah yang dipegang bangsa turki.

Di nusantara, melalui politik balas budi, sang kompeni bermuka manis memberi pendidikan pada inlander.

Apa yang diajarkan oleh penjajah itu pada jajahannya? Tak lain tak bukan adalah demokrasi & nation state.

Maka lahirlah JONG JAVA, JONG SUMATERA, dll. Nama yang sepola dengan TURKI MUDA.

Di pusat Kekhilafahan, di turki, kemal muda mengubah Khilafah menjadi nation state turki.

Di nusantara, para pribumi berpendidikan belanda menyuarakan sumpah pemuda. Cikal bakal nation state & demokrasi indonesia.

Tak sampai seratus tahun, negara raksasa, Khilafah Islam, yang membentang dari maroko hingga merauke itu hancur berkeping. Menjadi negeri-negeri kecil bersekat bangsa dan berhukum demokrasi.

Sementara sang penggagas negara bangsa, yang merasa bangsanya adalah bangsa pilihan tuhan, mendapatkan tanah Palestina sebagai negara adi kuasa yang menggerakkan seluruh dunia.

NALURI PURBA
Di sebuah gang sempit nan gelap, perampok menodongkan pisau pada kang Surip.

Seketika naluri bertahan kang Surip menyeruak. Dia lari sekencang mungkin. Tembok setinggi dua meter ia lompati dengan mudah.

Begitulah naluri mempertahankan diri (gharizah baqo) terinstal di dalam diri setiap manusia.

Di lain waktu, ia melihat anaknya dikeroyok oleh sekelompok preman. Maka sendirian ia sikat sekelompok preman itu sampai terbirit-birit.

Begitulah naluri mempertahankan jenis (gharizah nau) yang juga terinstal dalam diri tiap diri manusia.

Naluri untuk berkelompok dengan yang satu ras adalah naluri paling purba yang dimiliki setiap mahluk.

Singa akan berkelompok dengan singa. Hyena dengan hyena. Serigala dengan serigla.

Singa, hyena, atau serigala akan setia bertarung membela anggota kelompoknya.

Pemimpin serigala tak akan bertanya apakah anggotanya benar atau salah. Asal sesama serigala pasti akan dibela.

Naluri setia pada ras itu tak hanya ada pada binatang. Masyarakat Quraisy sebelum Rasulullah juga mati-matian membela anggota sukunya tanpa pertimbangan benar salah. Asal anggotanya maka wajib dibela hingga ujung nyawa.

Setelah Rasul SAW diutus, cahaya islam itu datang. Segala naluri manusia diarahkan dalam kendali ilmu islam. Sehingga semua terarah di jalan yang lurus.

Perasaan keterikatan tidak lagi disandarkan pada keterikatan purba berupa ikatan suku atau kebangsaan.

Ikatan purba itu oleh Rasulullah diganti dengan ikatan aqidah, ikatan kebenaran.

Ikatan aqidah adalah sebuah ikatan yang seribu kali lebih kuat dibanding ikatan purba suku dan bangsa.




©Doni RW

Komentar

Postingan Populer