Asymmetric Warfare dalam pusaran politik indonesia



Rakyat harus ekstra waspada dengan mencuatnya fitnah terhadap HRS sebagai ISIS, kasus pembakaran Bendera Tauhid,  kemunculan pentolan Komunis paska gorengan "Tampang Boyolali", dst. Yang kita hadapi sekarang adalah sindikat super jahat internasional Konpirasi Global asing aseng yang uangnya tidak berseri. Mereka mudah membeli oknum pejabat, petinggi polisi, tentara, politisi, partai, dst. Rakyat yang mendapat pembagian sertifikat tanah gratis harus waspada. Tidak menjual tanah ke pihak aseng atau brokernya. Mereka sudah punya daftar rakyat miskin pemilik sertifikat yang digiring akan segera menjual tanahnya.
Kita semua sudah paham siapa cebong senior komunis dari "Peternakan Kebo Gendeng" Dia sudah lama menguasai 74 ribu desa seluruh Indonesia berikut dana desa ratusan triliun rupiah dari APBN. Mahasiswa dan aktivis LSM harus  segera turun mendampingi dan mengadvokasi rakyat di wilayah di mana sertifikat gratis dibagi, karena disitu bakal banyak transaksi jual beli secara legal, namun sangat membahayakan kedaulatan dan keamanan negara. Inilah wujud Asymmetric Warfare (Perang Asimetrik) KONSPIRASI GLOBAL ASING ASENG yang mengunakan bonekanya untuk membeli hati rakyat dgn hadiah sertifikat tanah gratis. Perang Asimetrik ini sudah mereka mulai sejak 1996 lalu. Tahun 2018 dan 2019 menjadinya puncaknya.
Mereka dengan perhitungan matang seiring dengan tekanan ekonomi, sudah menyusun rencana matang perpindahan kepemilikan jutaan hektar tanah rakyat kepada aseng dan asing. Ratusan ribu "buruh kekar berambut cepak ASENG" sudah lama bekerja di puluhan proyek HUTANG ratusan triliun uang aseng di seluruh Indonesia, mereka siap membeli tanah dan properti rakyat pribumi karena sdh punya e- KTP NKRI Palsu. Proses jual beli jutaan hektar tanah rakyat itu akan melibatkan pihak ketiga. Mereka para aseng asing ber EKTP itu tidak perlu menunjukkan wajahnya sebagai pembeli. Sebagian besar dari mereka juga nanti tidak unjuk wajah di TPS-TPS, tapi nama mereka dicatat sebagai pemberi suara.
Jika hasil pemilu pilpres 2019 nanti sesuai harapan, tahap selanjutnya mereka tinggal mengukuhkan legalitas   KEWARGANEGARAAN INDONESIA nya  yang sekarang sedang diurus oleh Cebong Betina yang juga pentolan komunis dari "Peternakan Kebo Gendeng". Rakyat Indonesia tentu bertanya, apakah para pentolan cebong dari "Perternakan Kebo Gendeng" yang menjadi kolaborator, komparador, kolutor, dan operator "Konspirasi Global Aseng Asing" tidak memiliki jiwa nasionalisme hingga tega mengkhianati negara dan bangsa sendiri?
Pertanyaan dan rasa tidak percaya Rakyat terhadap pengkhianatan para pentolan cebong Peternakan Kebo Gendeng ini muncul karena rakyat lupa esensi ideologi komunis setelah puluhan paham terlarang ini 'mati suri' yaitu "INTERNASIONALISM". (Komunisme tidak mengenal nasionalisms).

Esensi Komunisme= Internasionalisme
Melampaui batas negara. Sesama komunis bersaudara,
Komunisme Internasional atau KOMINTERN,
Nasionalisme adalah musuh Komunisme,
Nasionalis musuh besar komunis,
Maka, Tokoh Nasionalis pun diserang komunis melalui isu Tampang Boyolali.
Nasionalis - Agamis - Pancasilais adalah pilar kekuatan bangsa Indonesia. Selama beberapa tahun terakhir ini diserang habis-habisan, difitnah, ditindas, diadudomba, dikriminalisasi oleh para cebong komunis. Tidak ada paham di dunia ini yg lebih radikal daripada komunisme. "Tidak ada komunis di negara mana pun yang berkuasa tidak melalui revolusi" Para Cebong Komunis INDONESIA sedang menyiapkan revolusi Indonesia. Menjadi jawaban atas pertanyaan impor ilegal ribuan senjata berat oleh Tuan Pemilik Peternak Kebo Gendeng, yang heboh tahun lalu. Sumber telik sandi mengungkap pengiriman cargo melalui kapal laut berisi ribuan senjata dari negara ASENG menuju ke Timor Leste, Kapal itu singgah sebentar di sebuah pulau terpencil, terletak persis di titik segitiga  antara Maluku-Papua-Timor Leste.

Mungkin karena fokus mengamankan arus cargo berisi ribuan senjata dan amunisi ini yang menyebabkan Ratu Boneka Perikanan dan Kelautan tidak pernah serius mengelola institusinya. 4 tahun berturut dia mendapat opini disclaimer dari badan pemeriksa kinerja dan keuangan negara. Rakyat bertanya, begitu kejikah para cebong komunis dan tuan pemilik perternakan kebo gendeng, hingga mengorbankan nyawa rakyat demi meraih kekuasaan? 7 jenderal mati dibunuh ibarat setetes air dari lautan, 38 juta rakyat rusia mati dibantai, 60 juta rakyat China dieksekusi. Maka apalah artinya seorang Novel Baswedan? Seorang Hermansyah, Taufik Kemas, Husni Kamil Manik, Eko Maulana, dan sederet korban jiwa yang luput dari perhatian rakyat Indonesia. Rakyat bertanya, kemana Polri - TNI kita? Jangan harap mereka, karena mereka juga sedang bingung gamang bertanya: "Kita mau kemana?"
"Lokomotif menarik gerbong
Gerbong yang diberi minyak dan pelumas akan mengikuti kemana lokomotif yang menariknya, meski pun itu ke jurang".
Rakyat bertanya, kemana DPR, DPD, MPR, Partai, Media, Kampus kita? Mereka semua orang pintar
Orang pintar pasti mengamalkan ajaran dan prinsip Brutus, anak angkat terkasih Julius Cesar: "Selalu berpihak dan bersekutu dengan pihak yang kuat". "Bahkan Tuhan pun membutuhkan Malaikat, apalagi Iblis dan setan". Ini prinsip politisi dan elit negeri ini. Siapa pun penguasa, mereka butuh elit untuk menjalankan negara. Mereka butuh kaki tangan mencamplok kekayaan dan sumber daya NKRI. Operasi Tempel Bendera ISIS di kediaman HRS di Mekah, melengkapi puzzle yang membuktikan skenario besar Konspirasi Global Aseng mendudukkan Si Penista Agama Mulut Jamban di PUCUK. Jika Pilpres 2019 berjalan sesuai rencana mereka, Pak Kyai itu hanya numpang lewat di Istana. Akhir tahun depan semua proses "kolonialisasi Indonesia" ini semakin paripurna dengan penguasaan SDA dan SDM NKRI.  Operasi pencaplokan SDA SDM NKRI sudah berjalan mulus disegala lini dg kehadiran boneka mereka di PUCUK  tertinggi hingga akar rumput aparat desa. Kegagalan di Pilkada Jakarta TIDAK menghentikan rencana Negara Aseng yang sudah disiapkan matang sejak 1996. Gara-gara HRS dan umat Islam yang gagal diperdaya. Rencana besar mereka hanya sedikit terhambat, Si Mulut Jamban tetap dipersiapkan aseng - cebong jadi penguasa NKRI. Tuan Pemilik Peternak Kebo Gendeng sudah ikhlas melepaskan mimpi besarnya menjadi penguasa NKRI sepanjang kompensasi materi & politik memadai. Namun di balik itu, Tuan -Nyonya Besar Kebo Gendeng tetap mengintip peluang: Siapa tahu ada kesempatan menggunting kain dalam lipatan. Senior pengirim materi twit tadi adalah purnawirawan TNI AD. Beliau lama bertugas sebagai perwira intelijen di Asia Pasific, termasuk operasi di Timor Timur, Papua, Aceh.  Penyesalan beliau sekarang adalah Pancasila dan Saptamarga sdh mati di kalangan petinggi TNi-Polri.

Komentar

Postingan Populer