Menyoal Pola Pikir Azyumardi Azra Dalam Menganalisa Kasus Kebohongan Ratna Sarumpaet



Seorang professor doktor, ilmuan terkenal, mantan rektor dan deputi wapres, penerima banyak penghargaan internasional, ternyata bisa bias dalam menganalisa sesuatu peristiwa yang dituangkan ke melalui tulisannya. Saya sungguh tak menyangka, begitukah jalan pikiran ilmuan kita? Ketika seorang Ratna Sarumpaet berbohong. Bohongnya bukan bohong biasa. Dia (dan pihak lain) merekayasa kebohongan itu sedemikian rupa, dalam waktu yang cukup  sehingga kebohongan RS sudah dianggap cukup sempurna untuk dijadikan sebuah kasus yang dijeratkan kepada dirinya & pihak lain. Pihak lain dimaksud di sini adalah elit politik tertentu yang diharapkan mengalami kerugian sebagi dampak dari kebohongan Ratna. Saya tidak prejudice bahwa hanya saya dan segelintir orang yang waras di republik ini, yang dapat melihat bagaimana kasus ratna dikontruksikan sedemikian rupa.
Pada setiap penyelidikan sebuah kejahatan, protap atau SOP penyelidik pasti mencari jawaban: apa? mengapa? Bgmn? Siapa? Kapaan?  Apa dan kapan, sdh dapat jawabannya, Bagamana, siapa, mengapa? Masih misteri. "Nalar dan akal sehat menuntun kita pada jawaban". Untuk apa Ratna mesti berbohong? Untuk apa ia harus melakukannya pada waktu tertentu dan setelah bertemu orang-orang tertentu dan setelah respon/reaksi orang-orang tertentu itu disampaikan ke publik. Untuk apa ratna menjebak mereka dengan melacurkan integritas & reputasinya Siapa menyuruhnya? Hanya orang tidak waras yang menilai apa yang dilakukan ratna merupakan spontanitas. Ratna melakukan serangkaian perbuatan yang disusun secara rapi, dengan target orang-orang tertentu, yang KEBETULAN sedang menjadi Capres dan timses. Hanya orang bodoh yang tidak dapat menduga motif sang sutradara. Namun, saya tdk dalam kapasitas menilai seorang Prof DR, Ilmuan, aparat, media dll sebagai oknum bodoh. Mungkin mereka hanya khilaf. Mereka lupa. Lupa menggunakan akal sehatnya bahwa kebohongan ratna pasti disetting oleh pihak yang diuntungkan dari kerusakan yang ditimbulkan Ratna.
Sejak 2011, seiring dengan munculnya fenomena Mukidi, perlahan namun pasti Indonesia memasuki jaman jahiliyah. Jaman kebodohan. Jika sebelum Rasulullah lahir, bayi perempuan yang lahir langsung dikubur hidup-hidup. Kini di era Mukidi, akal sehat dan nalar rakyat dipaksa dikubur hidup-hidup.
"Jika aku harus berperang melawan seluruh dunia untuk mempertahankan kebenaran, aku pasti akan melakukannya !!"

Komentar

Postingan Populer