Politisasi LGBT



National Crime Victimization Survey (NCVS) lembaga pengumpulan data korban kejahatan AS mengungkap fakta bahwa pengidap penyakit kelainan orientasi sexual (Lesbian dan Gay) menempati urutan teratas sebagai korban dan pelaku kejahatan dengan kekerasan termasuk pembunuhan.
Pengidap lesbian - gay cenderung posesif, obsesif dan protektif terhadap pasangan yg mudah berkembang menjadi ektrim jika dipicu cemburu, cinta berlebihan, patah hati dst . Semua ini pemicu timbulnya kekerasan trdp pihak ketiga atau pada pasangan sendiri, (NCVS).
Lingkungan sosial yang sangat terbatas karena jumlah yang sangat sedikit, meningkatkan persaingan dalam mendapat pasangan. Sangat sulit mendapat pasangan, sangat sulit melepaskan, terlebih dlm kehilangan pasangan karena direbut gay atau lesbi lain, Semua ini pemicu kekerasan, (NCVS).
Di Amerika jumlah pengidap Gay - Lesbian meningkat pesat dari 2,6% (2010) menjadi 4.7% pada 2016, terutama didorong kebijakan dan sikap pemerintah AS di bawah kendali Partai Demokrat yang beraliran liberal. Wanita lesbian 5.3%, lebih besar dari Pria Gay 4.2%. Tren LGBT meningkat, (NCVS).
Pemerintah AS dan banyak lembaga - Ormas mengkhawatirkan trend peningkatan LGBT, karena selain memperbesar risiko HIV dan penyakit seksual menular mematikan lain, juga meningkatkan kekerasan terhadap atau oleh pengidap LGBT. Kekerasan domestik (rumah tangga) tercatat hingga 73% .
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) pasangan LGBT terjadi di hampir semua rumah tangga LGBT, Angka 73% diyakini sebenarnga lebih besar karena keengganan pasangan LGBT melapor ke polisi. Sebaliknya,  KDRT Pasangan heterosexual (normal) tercatat hanya 21% .
Tingginya kejahatan dengan kekerasan termasuk pembunuhan di kalangan LGBT disertai dengan modus kekerasan yg dilakukan. Ditemukan banyak modus kekerasan yg tergolong sadis. Cemburu, khawatir direbut, ditinggal pergi dst mudah memicu terjadi kejahatan dengan kekerasan. LGBT sumber bencana.
Persepsi publik bahwa LGBT adalah penyakit jiwa (kelainan orientasi seksual) seharusnya ditangani dengan usaha penyembuhan bukan dengan membangun budaya permisif dan menolerir LGBT sebagai perilaku normal. Sikap seperti ini membahayakan masyarakat luas.
Diakui bahwa di Amerika telah terjadi pergeseran persepsi publik, dari semula memandang LGBT sebagai deviasi perilaku /abnormal,  menjadi bagian dari perilaku normal atau sub normal. Jika tidak dicegah sungguh-sungguh, diperkirakan 2030 nanti jumlah LGBT di AS naik menjadi 10% .
Peningkatan LGBT menjadi 10% pada 2030 akan meningkatkan kontribusi PMS berbahaya (AIDs dsj) oleh LGBT sebesar 46% dari total penyakit berbahaya / mematikan yg diidap rakyat AS secara keseluruhan. Kontribusi LGBT pada kejahatan dengan kekerasan diprediksi mencapai 65% . NCVS menyebut pelaku pedofilia (kekerasan seksual orang dewasa pada anak2) didominasi oleh pelaku Gay (78%). Dengan tingkat kematian (murder) terhadap korban anak2 sebesar 32%.
Harus dibedakan sikap anti LGBT dengan persekusi, Anti LGBT = menolak LGBT sebagai perilaku seksual normal yg harus diterima sebagai bagian dari norma. Responnya: mengobati pasien pengidap penyakit LGBT sampai sembuh. Persekusi LGBT = kekerasan fisik& non fisik pada pengidap LGBT.
Info sekilas ini penting disampaikan karena isu LGBT dijadikan komoditi politik oleh penguasa, asing dan aseng utk memojokkan /mendiskreditkan rakyat Indonesia di mata dunia. Isu LGBT menjadi komoditi laris, banyak funding yg siap kucurkan dana atau dukungan politik.
Hubungan emosional sesama LGBT sangat kuat, lobi politik  dan pendanaan juga kuat. Untuk mewujudkan surga sodom and gomorrah di muka bumi. Banyak ormas, LSM, elit, media, aktivis Indonesia sudah menikmati benefit dari proyek LGBTisasi dan demoralisasi Indonesia.
Pejabat, tokoh, selebriti yg getol promosikan LGBT di balik kemasan HAM dsj, patut diduga:
1. Menikmati uang dari proyek LGBT
2. Menjalankan misi sekulerisasi Indonesia
3. Kemungkinan ybs punya kelainan orientasi seksual yang sama (Lesbi/Gay)
Lembaga paling berperan mencegah LGBTisasi Indonesia adalah KPI (Komisi Penyiaran Indonesia). Namun, sejak KPI berdiri terindikasi sudah disusupi kepentingan LGBT. Terbukti dari sikap KPI yang permisif terhadap siaran /tayangan media yang kontennya mengekspesikan LGBT. Quo Vadis KPI ?

Komentar

Postingan Populer