Politik terjun bebas



Semenjak dilantiknya Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih DKI Jakarta, banyak hal kontroversial yang terjadi di era kepemimpinan Anis Basewdan dan Sandiaga Uno. Rasanya masih ingat ketika saya menyoroti kembalinya para tukang becak di Jakarta, yang tentunya akan menambah kemacetan di ibukota negara. Tidak lupa juga saran telah turut saya berikan. Diantaranya agar mengkoordinasi para tukang becak, mempercantik tampilan becak, hingga memberikan seragama agar terlihat rapi dan kompak. Saya juga memberikan solusi agar para tukang becak tetap bisa beroperasi NAMUN ditempatkan pada tempat-tempat wisata. Jika para tukang becak diberikan penyuluhan dan tempat, maka akan ada ‘another way’ untuk memberikan ruang kerja bagi kaum Ploretar. Jika para tukang becak ditata, dikoordinasi, maka kesenjangan bisa diminimalkan.

Lalu masalah PKL yang menjamur di berbagai sudut ibukota. Adanya PKL tidak dapat dipungkiri sudah terjadi sejak era sebelumnya. Waktu kepemimpinan Ahok, waktu itu saya tengah rekreasi di Monas. Di sana terdapat banyak PKL yang menggelar lapak dagangan di trotoar. Ketika ada Satpol PP, mereka lari, gerobak dibawa. Tapi ketika Satpol PP sudah pergi, mereka kembali dengan gerobak dagangannya.

Masalah kontrak politik dengan PKL di Tanah Abang, menurut saya itu merupakan hal yang blunder demi mendapatkan dukungan. “terjun bebas”, maksudnya, ucapan dan janji apapun dilontarkan oleh Anis-Sandi guna kepentingan politik. Ibaratnya, “ngomong dulu, mikir belakangan”, yang penting menang dalam ajang perebutan kekuasaan. Itulah yang terjadi, “terjun bebas” tanpa memikirkan dampak-dampak yang akan terjadi.

Lalu yang terbaru, mengenai Kali Sentong. Karena telah buntu dalam menghadapi bau Kali Sentong, ditutuplah dengan jaring hitam. Katanya agar tidak terjadi penguapan yang mengakibatkan bau akan semakin pekat. Padahal itu percuma saja. Saat ini negara kita tengah menghadapi musim kemarau, ditambah dengan pemanasan global. Efek panas yang ditimbulkan jelas sangat terasa, ditambah dengan penyandang polusi terburuk, permasalahan yang ada di DKI Jakarta akan bertambah rumit.

Penanaman tanaman yang menghalangi halte, pembatas jalan rainbow, tongkat bambu, dlsb, menunjukan kurangnya komunikasi antara Pemimpin Jakarta dengan Tim-nya.
Pandangan saya pribadi, hal apa saja yang bersumber dari Tim-nya, di-acc tanpa diteliti terlebih dahulu. Ibaratnya,”mana ide mu – tanda tangan- laksanakan”. Lagi-lagi sikap yang ditunjukan oleh Anis-Sandi, terjun bebas.
Belum lagi masalah anggaran yang dikeluarkan untuk membeli zat guna mengurangi bau Kali Sentong. Menurut saya, percuma. Ini merupakan pandangan saya dan ide saya pribadi. Dulu, ketika sumur di rumah saya keruh, bau, berwarna coklat. Lalu Ibu saya memasukkan tawas untuk mengatasi semua itu. Alhasil, esok harinya, air sumur kembali jernih.
Politik terjun bebas yang dilakukan oleh Anis-Sandi sejatinya harus segera dianalisis agar bisa mengembalikan kehormatan Pemimpin DKI Jakarta. Komunikasi, koordinasi, antara Pemimpin DKI Jakarta dan Tim harus ditingkatkan. Setahu saya, jika “Tim” bersinergi satu sama lain, maka akan didapat hasil kerja lapangan yang memuaskan. Betul?

By.Mr A

Komentar

Postingan Populer