Selamat Datang Fasisme, Selamat Datang Neo Orde Baru.


Pengertian Fasisme secara garis besar yaitu mengedepankan/mementingkan kelompoknya dan merendahkan/memandang rendah kelompok lain. Fasisme tercipta karena rasa nasionalisme yang “ekstrem” dan menghendaki pemerintahan yang otoriter di bawah kepemimpinan orang yang mereka anggap sebagai “layak”. Penganut fasisme juga percaya bahwa “yang kuat” akan selalu unggul dan bisa bertahan untuk hidup. Secara sederhana, fasisme menolak paham komunis, sosialis dan liberalis. Mereka yang menganut fasisme harus berpegang teguh atau patuh kepada pimpinan tanpa pengecualian.
Pada beberapa esai yang pernah saya buat, saya pernah menyinggung kelompok oposisi sebagai penganut paham atau ideologi fasisme di mana mereka menginginkan kembalinya Negara Kesatuan Republik Indonesia ke jaman Orde Baru dan saya juga pernah membahas tentang golongan fasis fundamentalis. Namun pada kesempatan kali ini, ijinkanlah saya untuk membahas kubu pro pemerintah yang ternyata sebagian besar juga berpaham fasis. Saya memutuskan beranggapan demikian karena beberapa hal, diantaranya: 
  1. Mereka membungkam/menyerang siapa saja yang menyudutkan pimpinan mereka.
  2. Mereka gampang sekali merendahkan orang lain atau dalam hal ini, kubu oposisi.
  3. Mereka patuh terhadap pemimpin mereka tanpa mau menelisik apa yang kurang dari pemimpin mereka.
  4. Mereka beranggapan bahwa apa yang menyerang pemimpin mereka adalah sebuah ancaman sehingga harus ditindak lanjuti. 
Kita semua tahu bahwa kubu pro pemerintah mengklaim diri sebagai orang “nasionalis”, namun nasionalis mereka adalah nasioalis yang ekstrem atau yang biasa saya sebut dengan nasionalis abal-abal. Mereka dengan cepat, gagap gempita menyerang pihak musuh namun bungkam terhadap kecurangan yang dilakukan oleh kelompok mereka. Mereka dengan senang hati menyerang lawan mereka namun berkata “sebaiknya dimusyawarahkan antar personal” ketika kubu mereka ada yang melakukan tindakan yang menyimpang. Ya, itulah kenyataan yang terjadi. Sehingga jika saya berasumsi bahwa antara kubu pro maupun kontra adalah sama-sama kubu fasisme, sah saja karena saya juga mempunyai penilaian terhadap mereka.
Mereka yang selama ini berteriak tentang nasionalisme, persatuan, bhinneka tunggal ika, hanyalah kedok semata untuk menutupi ke-fasis-an mereka. Bahkan banyak pula kubu pro pemerintah yang menyeret-nyeret NU, Muhammadiyah dan Ulama Aswaja guna membungkam pihak oposisi. Sah-sah saja karena pencatutan tersebut guna memberikan klarifikasi dari konten hoax yang sengaja disebarkan oleh kubu oposisi. Namun benang merahnya ada di sini, yaitu mereka mencatut organisasi keagamaan, Ulama Aswaja hanya demi politik, hanya demi melindungi pemimpin mereka, hanya demi opini masyarakat tetap baik terhadap pemimpin mereka. Namun itulah faktanya, antara kubu pro dan oposisi, sama-sama mencatut organisasi keagamaan dan Ulama Aswaja guna memuluskan kepentingan politik mereka, guna menggiring opini publik, guna mempertahankan eksistensi mereka.
Kenapa saya menyinggung tentang NU, Muhammadiyah dan Ulama Aswaja? Karena faktanya kebijakan dari Ahok dan Jokowi yang bersinergi dengan NU maupun Muhammadiyah, mereka blow up secara besar-besaran guna membungkam kubu oposisi. Sedangkan masalah kebijakan yang ditentang oleh NU maupun Muhammadiyah, mereka enggan untuk memblow up, wacana Full Day School misalnya. Jika kita ingin sedikit membuka pandangan, banyak kebijakan dari pemerintah yang ditentang oleh NU, Muhammadiyah, namun penentangan tersebut sepi dan seolah sengaja dibuat sepi karena hal tersebut berseberangan dengan kubu pro pemerintah.
Lalu saya akan sedikit membahas kenapa saya memilih judul “selamat datang neo orde baru”, itu dikarenakan antara kubu pro dan oposisi, sama-sama fasisme. Dan belum lagi dengan kejadian atau kebijakan yang pernah saya singgung melalui esai dengan tema Menteri Thjahjo Kumolo tentang Plt dari Jenderal Polri aktif, keinginan mendagri untuk meniru gaya orde baru dalam menyelesaikan konflik sosial, kasus perampasan tanah dan tentunya dengan isu yang masih hangat, yaitu isu tentang duet maut Jokowi dengan Prabowo. Selamat mencari kebenaran terkait esai saya yang satu ini :D semoga kita terhindar dari penyakit fanatik, fasisme dan rasisme.
By Mr.A

Komentar

Postingan Populer