Selamat Datang Fasisme, Selamat Datang Neo Orde Baru.
Pengertian
Fasisme secara garis besar yaitu mengedepankan/mementingkan kelompoknya dan
merendahkan/memandang rendah kelompok lain. Fasisme tercipta karena rasa nasionalisme yang “ekstrem” dan menghendaki pemerintahan yang otoriter di bawah
kepemimpinan orang yang mereka anggap sebagai “layak”. Penganut fasisme juga
percaya bahwa “yang kuat” akan selalu unggul dan bisa bertahan untuk hidup.
Secara sederhana, fasisme menolak paham komunis, sosialis dan liberalis. Mereka
yang menganut fasisme harus berpegang teguh atau patuh kepada pimpinan tanpa pengecualian.
Pada
beberapa esai yang pernah saya buat, saya pernah menyinggung kelompok oposisi
sebagai penganut paham atau ideologi fasisme di mana mereka menginginkan
kembalinya Negara Kesatuan Republik Indonesia ke jaman Orde Baru dan saya juga
pernah membahas tentang golongan fasis fundamentalis. Namun
pada kesempatan kali ini, ijinkanlah saya untuk membahas kubu pro pemerintah
yang ternyata sebagian besar juga berpaham fasis. Saya
memutuskan beranggapan demikian karena beberapa hal, diantaranya:
- Mereka membungkam/menyerang siapa saja yang menyudutkan pimpinan mereka.
- Mereka gampang sekali merendahkan orang lain atau dalam hal ini, kubu oposisi.
- Mereka patuh terhadap pemimpin mereka tanpa mau menelisik apa yang kurang dari pemimpin mereka.
- Mereka beranggapan bahwa apa yang menyerang pemimpin mereka adalah sebuah ancaman sehingga harus ditindak lanjuti.
Kita semua tahu
bahwa kubu pro pemerintah mengklaim diri sebagai orang “nasionalis”, namun
nasionalis mereka adalah nasioalis yang ekstrem atau yang biasa saya sebut
dengan nasionalis abal-abal. Mereka
dengan cepat, gagap gempita menyerang pihak musuh namun bungkam terhadap
kecurangan yang dilakukan oleh kelompok mereka. Mereka dengan senang hati
menyerang lawan mereka namun berkata “sebaiknya dimusyawarahkan antar personal”
ketika kubu mereka ada yang melakukan tindakan yang menyimpang. Ya, itulah
kenyataan yang terjadi. Sehingga jika saya berasumsi bahwa antara kubu pro
maupun kontra adalah sama-sama kubu fasisme, sah saja karena saya juga
mempunyai penilaian terhadap mereka.
Mereka
yang selama ini berteriak tentang nasionalisme, persatuan, bhinneka tunggal
ika, hanyalah kedok semata untuk menutupi ke-fasis-an mereka. Bahkan banyak
pula kubu pro pemerintah yang menyeret-nyeret NU, Muhammadiyah dan Ulama Aswaja
guna membungkam pihak oposisi. Sah-sah saja karena pencatutan tersebut guna
memberikan klarifikasi dari konten hoax yang sengaja disebarkan oleh kubu
oposisi. Namun benang merahnya ada di sini, yaitu mereka mencatut organisasi
keagamaan, Ulama Aswaja hanya demi politik, hanya demi melindungi pemimpin
mereka, hanya demi opini masyarakat tetap baik terhadap pemimpin mereka. Namun
itulah faktanya, antara kubu pro dan oposisi, sama-sama mencatut organisasi
keagamaan dan Ulama Aswaja guna memuluskan kepentingan politik mereka, guna
menggiring opini publik, guna mempertahankan eksistensi mereka.
Kenapa
saya menyinggung tentang NU, Muhammadiyah dan Ulama Aswaja? Karena faktanya
kebijakan dari Ahok dan Jokowi yang bersinergi dengan NU maupun Muhammadiyah,
mereka blow up secara besar-besaran guna membungkam kubu oposisi. Sedangkan
masalah kebijakan yang ditentang oleh NU maupun Muhammadiyah, mereka enggan
untuk memblow up, wacana Full Day School misalnya. Jika kita ingin sedikit
membuka pandangan, banyak kebijakan dari pemerintah yang ditentang oleh NU,
Muhammadiyah, namun penentangan tersebut sepi dan seolah sengaja dibuat sepi
karena hal tersebut berseberangan dengan kubu pro pemerintah.
Lalu
saya akan sedikit membahas kenapa saya memilih judul “selamat datang neo orde
baru”, itu dikarenakan antara kubu pro dan oposisi, sama-sama fasisme. Dan
belum lagi dengan kejadian atau kebijakan yang pernah saya singgung melalui
esai dengan tema Menteri Thjahjo Kumolo tentang Plt dari Jenderal Polri aktif,
keinginan mendagri untuk meniru gaya orde baru dalam menyelesaikan konflik
sosial, kasus perampasan tanah dan tentunya dengan isu yang masih hangat, yaitu
isu tentang duet maut Jokowi dengan Prabowo. Selamat mencari kebenaran terkait
esai saya yang satu ini :D semoga kita terhindar dari penyakit fanatik, fasisme
dan rasisme.
By
Mr.A
Komentar
Posting Komentar