Paradoks Anti Asing dan Aseng


Dua terminologi itu muncul 3 tahun belakangan, ditujukan kepada rezim Jokowi yang dinilai mirip dengan Xi Jinping. Slogan asing dan aseng terbangun untuk melawan hegemoni China di PilPres 2019, agar bangsa Indonesia tidak dicaplok oleh asing dan aseng. Asing adalah bukan “pribumi”, bangsa pendatag. Dalam Indische Staat Regeling Pasal 167 HIR, adalah warga negara Eropa. Ini merupakan ras unggulan yang menjajah Nusantara. Kontruksi UUD 2002 dengan empat kali amandemen, “Presiden adalah orang Indonesia asli” dibuang, diganti dengan warga negara. Lalu dengan adanya UU no 24 tentang Non Diskriminasi dan Keppres pelarangan kata pribumi.

Buku “Jenderal Pemikir”, 2014, tentang tulisan yang dibocorkan wikileaks, ada kesepakatan antara China dengan Amerika Serikat untuk menguasai Indonesia. Seperti yang kita ketahui, bahwa Indonesia merupakan arena pertempuran antara China versus Amerika dalam perang ekonomi. Negara kita hanya dijadikan lahan, hanya dijadikan ‘alas’ bagi kedua negara itu. Produk-produk dari China dan AS begitu menjamur di tanah air. Sedangkan kita? Hanya bisa sebagai pengkonsumsi. Belum lagi investor-investor yang berasal dari China dan AS begitu tumpah ruah di Indonesia. lagi-lagi kita hanya bisa ‘pasrah’ menerima kekuatan mereka.

Saya singgung mengenai Freeport sedikit saja. Menurut hasil analisa dangkal yang saya himpun, nantinya Freeport akan dikuasi oleh China. Akan saya ulaskan sedkit saja: 
  1. Tembaga, indikator pertumbuhan global ini tidak berdaya melawan perlambatan ekonomi China. Harga tembaga anjlok hingga 40% sejak awal 2013 silam.  Freeport-McMoran memect 10% karyawannya di Arizona, dan 200 pekerja di Meksiko. 
  2. PHK masal di Amerika menunjukan betapa perkasanya China. Dalam sebuah pernyataan, Freeport menanggapi agresif penurunan harga komoditas dan pelemahan ekonomi global pada 2015 silam. China, diyakini adalah kekuatan terbesar di balik semua itu.
  3. Libido investasi China ke Indonesia yang cukup besar membuktikan bahwa negara itu bukan hanya berniat investasi modal, tetapi telah mengalirkan ribuan tenaga kerja dari negaranya, di mana hal ini akan mengancam posisi tenaga kerja domestik.Hasil audit forensik oleh Auditor Independen dari Australia mengungkap adanya transaksi illegal di Petral yang merugikan negara hingga 18 miliar dollar AS dalam kurun waktu 3 tahun saja. Saat debat Pilpres, Prabowo Subianto mengungkapkan kebocoran uang negara, berarti sebenarnya dia tahu sepak terjang mafia migas.
  4. Nafsu China yang begitu besar melebarkan investasinya ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia, dianggap penting karena negeri ini adalah pasar yang luas dengan jumlah penduduk sekitar ¼ miliar jiwa dan memiliki sumber daya alam yang sangat besar.
  5. Kasus Freeport bukan sekedar sengketa bisnis, tapi persoalan geo-strategis. Hendaknya pemerintah harus ekstra hati-hati. Jangan sampai lepas dari AS, jatuh ke pelukan China.

Perang dagang antara China dan AS yang terjadi di Indonesia jangan sampai merugikan kedaulatan negara. Pemerintah harus berfikir keras agar langkah divestasi 51% saham Freeport berjalan lancar, dan Indonesia menjadi pemegang penuh atas Freeport. Rasanya slogan anti asing dan aseng tidak hanya berkutat di Freeport. Masih ada proyek geo thermal, tambang emas di Jawa Tengah dan Jawa Timur, yang tidak boleh lepas dari perhatian. Sumber daya alam negara ini sedang dikuras habis atas dalih “pembangunan” dan “moderninasi”.

Mungkin masih ada yang beranggapan bahwa slogan anti asing dan aseng, berkutat pada produk-produk asal China dan AS. Benar, tapi keliru. Kenapa saya bilang demikian? Bukan hanya produk, tapi juga pengaruh dari AS maupun China. Mungkin akan terlihat muna jika negara ini menolak kedatangan investor. Tapi poinnya bukan itu. Poinnya yaitu negara ini tidak boleh tunduk kepada asing dan aseng. Silahkan memasarkan produk mereka, negara ini juga berhak memasarkan produk ke negara mereka. Tapi mereka juga harus menurut aturan main yang ada di negara kita. Jangan sampai kita tunduk kepada investor dan negara lain.

Ini bukan soal “pembangunan”, bukan juga soal “modernisasi”. Ini soal HAK warga negara Indonesia yang dirampas oleh investor melalui mafia-mafia yang duduk di kursi pemerintahan. Mungkin masih ada yang ingat tentang Sudirman Said yang terkena Reshuffle karena telah berani mengusik kedamaian mafia yang ada di negara ini. Bukti nyata yaitu dengan ditendangnya Petral, itu buktinya betapa Sudirman Said paham betul, mafia mana saja yang bermain dalam Minyak dan Gas.

Rasanya terlalu naif jika kita mencerca mereka yang berteriak lantang anti asing dan aseng, Negara Kesatuan Republik Investor, hingga All Cop’s are God. Mari kita buka pikiran lebar-lebar. Jangan sampai kita dibodohi oleh elit yang bermain di pemerintahan. Jangan sampai sesama warga negara Indonesia saling bermusuhan, jotos-jotosa, hingga bunuh-bunuhan. Tapi bukan berarti saya pro terhadap kaum fundamentalis yang selama ini gencar menyerang Presiden Jokowi. Mereka hanya korban dari permainan intelegen AS, Arab Saudi, Aussie, yang ingin mempertahannkan Freeport dan mencaplok Papua. Bukan pula saya pro kepada mereka yang mencerca Prabowo Subianto. Mereka hanya korban dari Geo-Politik Luar Negeri China yang tengah perang dagang dengan AS.

Sekali lagi. Indonesia hanya arena perang dagang antara As dan China. Kita semua hanya korban propaganda dari AS dan China. Basic struktur atau pola pikir semua rakyat Indonesia harus segara diubah agar kita semua tidak lagi hedonis, mental konsumsi, dan konsumtif. 

By.HaraNirankara

Komentar

Postingan Populer